Senin, 23 September 2013

Curhat Ala Saya


           Kadang kita gak tau apa yang terjadi pada kita. Esok kita jadi apa, dimana, atau gimana hidup kita. Yang jelas, buat kita kadang jadi anak2 lebih menyenangkan (mungkin). Kadang kita mikir, hidup kita sekarang gak bisa semurni dan sebahagia wajah polos kita saat usia 4 tahun. Dimana masa itu kita gak mikir masa depan, gak punya masalah apapun, sama siapapun, dan selalu ceria. Mentok sih ngambek gara2 gak dikasih mainan aja. 


Masa transisi kayak gini itu berat ya, khususnya untuk tipe intovert begini. Mau curhat pun , salah. Gak curhat jg salah. Dicurhain ke sahabat atau org terdekat pun bisa jadi masalah , karena gak semua curhat menyelesaikan masalah. Misalnya kalo kamu punya masalah keluarga, kamu cerita sama orang lain itu sama halnya kayak kamu ngumbar keburukan keluargamu sendiri. Ujung2nya bakal dianggep durhaka, kurang ajar, kekanak2an, dll. Lahhh semakin berat saja kehidupan si introvert. Cerita salah, gak cerita ntar numpuk di pikiran sendiri, stress, depresi, trus gak tau kelanjutannya gimana. Ya kan? Kadang siap mau curhat pun seringnya gak tau harus mulai darimana dan sama siapa. Sangat sangat sangat sedikit orang yang “diperbolehkan secara resmi” jadi ajang tempat sampah, khususnya sampah yang bertaun-taun numpuk tanpa dibuang sedikit pun. Gila aja, iya kalo sampahnya dikit, Lah kalo sampahnya setara sampah yang dihasilkan Jakarta dalam itungan taun, siapa yang mau juga coba?  Ironis kan?

Hmmm... kadang-kadang di masa nanggung gini, dewasa belum anak2 kagak lagi, kita bakalan susah cari jati diri kita *ceilah*. Kita ini siapa, mau kita apa, apa yang kita kejar, dan mau jadi gimana nantinya. Terlalu banyak musim yang bisa bikin kita bingung. Musim galau, musim ceria, bahkan musim muram durja pun ada. Dan itu gak tanggung2, gak ada siklus pasti. Seringnya sih gantian secara ekstrem. Ibarat alam, masa transisi itu global warming besar2an, dimana sering kemarau panas, terus musim jadi gak konsisten, nggak pasti datangnya gimana. Udah global warming, diikuti hujan asam , efek rumah kaca dan kemarau cinta *ehem, gak nyambung*. Pokoknya masa transistor (iye, ini pasti salah nulis) itu kayak kodok nginjek wajan bekas masak deh, loncat-loncat gak karuan. Dan masa transisi itu wajib dilalui setiap insan yang mau naik level, dari abege galau ke mantan abege yang masih tetep galau. Haduh repot ya. Ehem. Ehem. Galau jaya.

Dan parahnya suasana sendirian itu penyulut galau, kayak minyak tanah. Galau itu api, minyak tanah it kesendirian. Dimana minyak tanah kesolot dikit aja bakal nyembur2 gak karuan. Aduh bahaya kan. Coba aja kalo minyak tanah nya itu dalam kadar yang overdosis gini, makin parah lah apinya nyembur. Kebakarlah badan kita. Kepanasan. Loncat2. Goyang aserehe. Goyang inul. Panas. Rancak. Cadas. Kronis.

Dan akhirya situasi gak wuuuenak kayak gini berakhir dengan mencari sesuatu yang bisa dibelai, diraba, dilihat, diterawang, dan penuh kehangatan (baca : leptop). Itupun kita gak tau mesti ngapain itu leptop . entah dibanting, dipake kain pel, atau bahkan dimakan. Bagus. Seringnya sih buka galeri, dengerin lagu. 

5 menit pertama, girang . bagai menemukan cinta yang telah lama hilang

10 menit, bagaikan lihat wajah kekasih yang tanpa ekspresi 
selama 10 taun. Mulai bosen, tapi maksa tetep bertahan karena masih sedikit cinta *cieehh

15 menit, naluri ilmiah untuk membanting leptop mulai tumbuh

20 menit, matikan saja, kalau bisa dengan cara eksotis , anarkis bin ngawuritis. Banting, patahkan, kremasi!!

Dan akhirnya… tetep bingung mau ngapain.

Sampai akhirnya, ada saat-saat dimana lebih baik kita pendam aja cerita yang menyulitkan itu.  Sialnya, memendam itu sama sulitnya kayak memecahkannya. Ujung-ujungnya cari pelarian. Pelarian positif, harusnya. Yah walopun si penulis yang gak jelas binti galau ini sedikit-sedikit tau, kalo melarikan diri dari masalah adalah salah satu pilihan buruk. *sok-sokan, efek matkul psikologi.*

Tapi, mau gimana lagi, kalau kita sendiri gak tau jalan yang benar dan gak bisa ngapa-ngapin selain ngegalau?

Jawabannya; 

Lupakan meski susah, 

Cari keramaian,

Senyum,

Ketawa,

Ngakaklah sebisamu. 

Cari hal-hal menyenangkan yang bikin enjoy atau bikin minimal senyam-senyum sendiri. Bukan, bukan mikir yang enggak-enggak sambil mimisan mikir hal jorok ala komik-komik sambil senyam-senyum di pojok kayak shinchan, bukan!

Lalu, apa?

Kalau buat si penulis abnormal ini ya salah satunya sih nulis gini.

Kalau kamu,

Gimana? ;)

1 komentar: